Selasa, 29 Maret 2011

Jengkel Bin dongkol

pagi ini sumpah ane kesal banget sama salahsatu temen Facebook ane, itu semua berawal dari komenku di status dia..

ini dia cuplikan obrolannya...

setia di twit ?
ah masa ?
:p
kok masih nangkring di sini .. ?
husss
sanah ..
lagi ngobrol ma si tole tentang blognya :p
yaudah ngobrol aja di twitter
sanah .. hus hus
emang ini fesbuk udah dibeli ma loe yah :p
seenaknya ngusir2
makanya jangan asal ngomong dong .. huhu
belagu
hmmm
elu yang belagu
emang disana ane ngehina fesbuk ga?
loh kok bahas nge hina ?
apa coba yang aku blagu in?
kan kamu bilang sudah setia dengan si twitter
yudah ngapain kamu di sini ?
emang udah setia
kan gua juga ga bilang ninggalin fesbukkan?
sirik aja lu
terserah gua mau ngapai2in juga
bukan urusan lu
blagu , sok sok an ngomong setia ma twitter .. huhu
kalo dah setia mah .. yaudin di twitter sajja
ya emang suka'' kamu kallee
makanya jangan sok sok an ngomong s
trus ngapain so usil gitu
kan cuman memperjelas
bahasakamukurangpas chuy
hmmm
kalo dah setia mah .. yaudin di twitter sajja *udah dari tadi kali disana
trus ngapain masih di sini ?
ituu yg gua mo tau :P
nmgeek ah
gak bisa jawab kan ?
cb kmu cari alasan yg tepat
huhu
bakalan gak bisa ..
kan udah gua bilangin terserah gua
trus lu nanya gitu alesannya apa?
ngiri yah
gkkk
10:45
itu namanya jawaban egois ...
bukan untuk semua ..
argumentasi yag tidak dapat di terima di forum
huhuh
jawabku heran
katanya setia
yaudin sana
udin oo udin

Jumat, 10 Juli 2009

Duh udah lama nih ga buka blog, jadi kangeeen....

Sabtu, 23 Mei 2009

Beruntungnya Nurul Sulistiyati, 38 tahun, bersuami Muhammad Nurhuda, 44 tahun. Bukan apa-apa, berkat suaminya itu Nurul kini tak perlu lagi terburu-buru membeli elpiji kalau api kompornya mulai redup.Warga Jalan Kendalsari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, ini sudah menyiapkan kompor pengganti di dapurnya. Namanya kompor biomassa, yang bisa menyala dari serasah, kayu, dan sampah rumah tangga lainnya. “Nyala apinya bagus dan lebih hemat daripada minyak tanah atau elpiji,” kata Nurul, Selasa pekan lalu.

Kompor berbahan baku biomassa padat ini asli ciptaan Nurhuda. Dosen fisika di Universitas Brawijaya itu membuatnya setelah sebulan penuh meneliti di laboratorium di kampusnya. Hasilnya, sebuah kompor berbahan bakar biomassa yang berbeda dengan kompor pada umumnya karena nyala api kompor tidak disertai asap yang bisa bikin istrinya batuk-batuk.

Sejatinya, Nurhuda tidak membuat kompor itu spesial untuk sang istri. Anggota Kelompok Kajian Sumber Energi Baru dan Terbarukan di universitasnya itu ingin membantu masyarakat mendapatkan bahan bakar murah dan mudah didapat. Terlebih setelah program konversi minyak tanah menjadi gas yang malah membuat jenis bahan bakar pertama langka dan yang kedua melambung harganya.

Nurhuda lalu memilih bahan bakar biomassa padat. Pilihannya ini didasari kenyataan bahwa sampah mudah diperoleh karena selalu tersedia setiap hari di setiap rumah dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, beban lingkungan akibat banyaknya produksi sampah bisa dikurangi.

Kompor biomassa Nurhuda bukanlah yang pertama di Indonesia. Faktanya, kompor ini sudah tak lagi asing. Namun, Nurhuda menjelaskan, kompor-kompor biomassa yang ada mempunyai sejumlah kekurangan, seperti kualitas pembakaran yang jelek dan menimbulkan polusi. “Ini disebabkan oleh kesalahan dalam pemanfaatan biomassa,” ujarnya.

Selama ini, pemakaian biomassa padat sebagai bahan bakar dilakukan dengan menjadikannya sebagai arang terlebih dulu melalui proses karbonisasi. Arang yang terbentuk kemudian dicetak menjadi briket. Menurut Nurhuda, cara itu tidak efektif. Saat pembakaran biomassa menjadi arang, asap yang dihasilkan tak saja menimbulkan polusi, tapi juga menjadi panas yang terbuang sia-sia.

Nurhuda membuat kompornya berbeda. Pembakaran dibuatnya dua tahap-dalam satu tempat atau kompor yang sama. Pertama, pembakaran bahan bakar. Api dalam tahap ini didesain hanya membakar sekeliling “paket” bahan bakar padat seraya menghalangi pasokan oksigen. Akibatnya, muncul asap yang sangat banyak dan jelaga yang ditimbulkan residu karbon.

Di sinilah tahap kedua berlangsung: pembakaran asap. Proses ini dimungkinkan karena asap mengandung gas seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan yang dapat terbakar.

Hasil pembakaran asap inilah yang menghasilkan api “netto” yang menyala lebih bersih dan berwarna biru yang muncul dari lubang di sekeliling kompor. “Semua komponen biomassa dari asap sampai arang digunakan untuk menghasilkan energi. Jadi hampir tak ada sisa pembakaran,” kata pria bergelar doktor dari Universitas Bielefeld, Jerman, itu.

Untuk setiap paket–yang juga bisa dibuat sebagai briket–seberat 1 kilogram, kompor Nurhuda bisa menyala sampai satu jam. Panas yang dihasilkan, di antaranya, bisa untuk mendidihkan 12 liter air dalam waktu sekitar 35 menit. Agus Nurrohim, ahli konservasi energi di Pusat Penelitian Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, menyatakan baru mendengar mekanisme dua kali pembakaran seperti yang digunakan Nurhuda. Kebanyakan kompor berbahan bakar biomassa, menurut Agus, memang sangat tradisional dengan cara bakar langsung.

“Selain polutif, efisiensinya sangat rendah, yakni nilai kalor yang termanfaatkan hanya 12,5 persen dari massa yang digunakan,” dia menjelaskan. “Sisanya losses dalam bentuk asap dan panas.” Inilah, menurut Agus, yang menjadi kelemahan utama kompor yang memanfaatkan kelimpahan sampah dan limbah organik, yakni kandungan energinya yang rendah, “Sehingga hanya cocok untuk kebutuhan skala kecil.”

Agus menyatakan, belum dapat dipastikan efisiensi kompor biomassa buatan Nurhuda. Yang pasti, hilangnya asap semestinya sudah satu langkah yang cukup berarti dalam pengembangan kompor model ini. “Sedangkan panas yang terbuang bisa dirasakan apakah kita merasa panas bila ada di sekitar tungku itu,” ujarnya.

Sumber : infogue.com

Selasa, 10 Maret 2009

BUNGBULANG

Sebagai warga Bungbulang Asli, tentunya aku sangat bangga, bagaimana tidak, aku lahir dan di besarkan disana, namun apa yang bisa aku perbuat untuk mengharumkan nama Bungbulang??
aku belum bisa berbuat apa-apa. Tapi aku harus bangkit, aku harus bisa....... GO BUNGBULANG